Selasa, 14 Mei 2013

Kenapa RSBI Dibubarkan?

Assalamualaikum W. W.,

Halo semua! Setelah sekian lama akhirnya saya membuka blog juga :D Huft, kangen sekalee ingin bermain-main huruf disini. Sekarang ini saya sudah nganggur, ga sekolah, sudah UN! Bagaimana hasilnya? Yah, nanti kita lihat tangggal satu saja, ya :)

Sekarang ini saya mau bahas tentang RSBI. Kenapa? Karena sekolah saya termasuk sekolah yang sudah RSBI, walaupun BARU DUA TAHUN. Saya nggak mau bahas alasan RSBI dibubarkan. Saya cuma mau bercerita arti sekolah RSBI bagi saya, dan dampak pembubarannya. Mau tahu? Stay on this page, yaw :p

Ceritanya dimulai dari saat saya SD...

Beberapa guru saya berbicara kepada murid-muridnya -termasuk saya- kalau di Indonesia itu ada yang namanya Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dan juga Rintisan SBI (RSBI). Tetapi, sekolah SBI itu sangat sedikit, dan yang banyak itu sekolah RSBI. Sekolah-sekolah yang ada 'titel' seperti itu biasanya sekolah-sekolah yang terbaik di daerahnya. Sekolah-sekolah itu diberi biaya lebih dari negara untuk memajukan sekolahnya. Untuk menjadi sekolah ber'titel' seperti itu juga ada syarat-syarat khusus dan juga ada seleksi yang cukup ketat.

Awalnya saya bertanya-tanya, sekolah sudah bagus, sudah terseleksi, kok malah masih diberi uang lebih dari negara? Bukannya seharusnya uang lebih itu untuk sekolah-sekolah yang belum maju?

Jawabannya sederhana saja ternyata.

Semua sekolah itu pada dasarnya sudah dapat uang BOS, lalu tinggal bagaimana sekolah itu mengelola uang tersebut.

Nah, kalau sekolah-sekolah yang kurang maju itu 'dimajukan', maka kualitasnya mungkin akan 'sekedar' sama dengan sekolah-sekolah maju di Indonesia. Akan tetapi, kalau sekolah-sekolah yang sudah maju dimajukan lagi, maka diharapkan hasilnya akan baik, dan bisa menjadi sekolah yang standarnya hampir sama dengan sekolah-sekolah yang ada di negara lain yang lebih maju pendidikannya dibanding Indonesia.

Kemudian, saya didaftarkan di sekolah RSBI yang berada di lingkungan 'desa'.

Saya kira kualitas RSBI di sekolah saya akan kalah dengan sekolah-sekolah yang ada di kota. Tapi ternyata? Keren sekali!

Sepertinya, 'titel' yang disandangkan sebelum nama SMP saya benar-benar memberikan motivasi yang sangat kuat bagi seluruh warga sekolah. Sekolah saya merasa bahwa 'titel' tersebut adalah sebuah amanat yang harus dipertanggungjawabkan. Sekolah harus bisa menjadi yang terbaik di wilayahnya, harus bisa menjadi 'yang-paling-dicari' oleh para lulusan SD sekabupaten. Kepala sekolah saya akan marah habis-habisan kalau siswanya tidak juara di lomba yang 'hanya' tingkat kabupaten.

Siswa dan para guru diharapkan untuk benar-benar mengerti dan hasilnya luar biasa. Sekolahku yang notabene  berada di wilayah yang banyak sawah dan hutan dan dekat gunung, memenangkan berbagai lomba tingkat provinsi maupun nasional. Guru-gurunya juga ada beberapa yang sudah ke luar negeri untuk melihat cara pembelajaran disana, serta ada juga yang praktik mengajar di luar negeri. Temanku pun sudah ada yang 'hampir' ikut lomba sains tingkat internasional. Dia sudah ikut training centernya, tapi ungkin sedang kurang beruntung dan tidak lolos seleksi, tapi sekolah -dan saya juga- sudah sangat bangga dengan hasil yang dicapai seorang siswa dari sekolah desa. Subhanallah, bangga benar dengan SMPku ^_^

Sekolah juga mengadakan 'School Sister' dan sebagainya. Benar-benar tidak seperti yang kubayangkan sebelumnya. RSBI membuat sekolah kami terpacu untuk lebih maju.

Ada yang bilang, adanya RSBI membuat 'kasta' dimana yang bisa sekolah disana adalah orang-orang kaya, dimana siswa yang bukan dari sekolah RSBI akan lebih rendah 'derajat' kepintarannya dibanding murid RSBI. Bernarkah itu?

Memang banyak yang berpendapat begitu, tapi nyatanya tetap banyak yang berpendapat sebaliknya dan apa yang terjadi? Orang-orang yang tidak percaya akan peng'kasta'an itu akan membuktikan bahwa hal tersebut salah sehingga mereka bisa menyaingi sekolah RSBI.

Kalimat RSBI tidak dapat tersaingi itu salah. Itu hanya motto penyemangat bagi warga sekolah RSBI. Pada kenyataannya, beberapa kali sekolah reguler mengalahkan kami. Bisa? Tentu saja bisa! Mereka yang berpendapat tentang adanya 'pengkastaan' itulah yang tak pernah bisa mnyaingi sekolah RSBI! Meski begitu, tentu saja hal ini akan sulit terjadi karena warga sekolah RSBI tentu tidak pernah mau kalah dan selalu berusaha melakukan yang terbaik agar dapat menjadi yang terbaik. Motivasi tinggi itulah yang membuat warga RSBI ingin menunjukkan 'titel'nya, ingin berprestasi setinggi mungkin agar dapat menjadi kebanggaan.

Indonesia dapat menang di tingkat internasional, tentulah karena ada motivasi tinggi. Salah satu motivasi tinggi itu dapat diperoleh dari titel RSBI ini.

RSBI mahal? Siapa yang bilang? Setahu saya sekolah RSBI harus mengupayakan supaya 20% muridnya berasal dari keluarga kurang mampu, yang kemudian diberi keringanan menggunakan uang dari pemerintah. Saya sekolah di RSBI, hanya membayar 75 ribu tiap bulannya dan itu sudah bersih! Sementara siswa-siswa yang kurang mampu cukup 35 - 45 ribu per bulan atau malah GRATIS. Saya tidak berbohong. Sedangkan untuk yang mampu, bisa membayar 95 - 125 ribu tiap bulan.

Apakah segitu itu mahal? Coba dibandingkan dengan sekolah-sekolah swasta terkemuka di Indonesia apa itu mahal? Dengan kualitas yang hampir sama atau bahkan lebih baik dari sekolah swasta apa itu mahal? Apa GRATIS itu mahal?

Apalagi siswa berprestasi dari keluarga yang kurang mampu, sekolah saya akan memberi keringanan lebih, dan juga kesempatan-kesempatan untuk lebih berprestasi. Diikutkan lomba, didaftarkan di SMA terbaik, dan lain-lainnya. Saya sangat terharu saat mengetahui betapa besar pengorbanan guru-guru saya kepada murid-muridnya yang mungkin lebih dari yang ada di sekolah lain. RSBI mengubah pola pikir biasa menjadi luar biasa. Guru-guru saya mengabdi total agar muridnya bisa sukses, bahkan lebih sukses dari mereka pada akhirnya, karena guru-guru saya menyadari bahwa murid mereka adalah murid sekolah RSBI.

Warga sekolah RSBI juga memiliki kelebihan dibanding warga sekolah-sekolah lain. Misalnya, dalam kurikulum ada materi-materi esensial yang tidak diberikan di sekolah lain. News Item, Explanation, dan Kewirausawan adalah materi SMA, tapi dalam RSBI materi itu juga dimasukkan ke SMP. Memberatkan? Tidak juga, karena pasti itu akan sangat membantu begitu siswa masuk ke SMA. Materi SMA akan terasa lebih mudah dibanding bagi mereka yang sekolahnya bukan RSBI.

Warga sekolah RSBI juga tentunya lebih menguasai Bahasa Inggris ketimbang warga sekolah reguler. Tidak hanya muridnya, gurunya juga. Bahkan, satpam pun jadi suka berbahasa Inggris walau hanya sedikit. Mengapa? Tentu karena kesadaran mereka sebagai warga sekolah RSBI. Harus ada nilai plus-nya dibanding dengan yang tidak. Secara tidak langsung, warga negara Indonesia jadi banyak yang menjadi lebih pintar, kan? RSBI meningkatkan mutu pendidikan Indonesia itu apa salah?

RSBI juga mengadakan lomba-lomba khusus RSBI seperti RSO, RASO, dan NSO. Semuanya itu sangat berpengaruh bagi siswa yang mengikutinya. Siswa-siswa di sekolah RSBI belajar keras untuk mengikutinya, termasuk juga saya :D Sayang sekali, karena tahun ini RSBI dibubarkan, NSO yang rencananya akan diselenggarakan di Kalimantan juga tidak jadi diadakan. Padahal, mengikuti lomba-lomba seperti ini banyak sekali manfaatnya. Memacu siswa dan juga guru untuk belajar lebih keras, meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih bersaing secara sehat, memupuk mental siswa untuk menjadi pemenang, maupun menjadi kalah (bagaimana siswa tidak 'down' saat ia belum berhasil), memperbanyak teman, dan juga pengalaman.

Saya merasakan sekali, lo. Saya tidak akan bepergian ke Pekalongan, main ke Sam Poo Kong, ke Lawang Sewu, kalau tidak dari mengikuti lomba-lomba ini. Banyak kenalan? Jelas itu juga bagian yang saya suka.

Pertanyaannya, lalu bagaimana dengan siswa yang tidak ikut lomba?

Tentu mereka juga mendapat dampaknya!

Mereka bisa tahu tempat atau pengalaman yang unik dari teman mereka yang ikut. Mereka juga bisa merasa iri dengan teman mereka yang menang, dan akhirnya mereka akan memacu diri mereka sendiri bagaimana untuk mengalahkan teman mereka yang ikut lomba itu tadi, dengan sehat.

Ini adalah kesan dan pengalaman saya dengan 'RSBI'. Berlebihan? Mungkin iya menurut Anda, tapi nyata bagi saya. :)

Yah, sudah dulu, deh, ber-curhat-ria-nya :D Saya cuma mau berpendapat dan bercerita saja, kok. Apa yang menjadi keputusan negara sudah menjadi keputusan :) Untuk menjadi warga negara yang baik, saya juga harus mengikutinya dengan hati ikhlash :p Apabila ada yang merasa tersinggung atau apa, saya minta maaf sebesar-besarnya.

Sampai jumpa di postingan saya selanjutnya!


 Wassalamualaikum W. W.
:)