bukan bintang.
aku tak mau teori semesta mengembang
menjauhkanku darimu
tak perlu jadi bintang
aku tak mau kau bersinar terang,
bila akhirnya harus menghilang
bukan bulan
kau bukan tanpa cahaya
atau hanya memantulkan sinar surya
tak perlu pula jadi matahari
aku ingin dekat denganmu
tanpa perlu kau melukaiku
jadilah dirimu sendiri
sesosok terindah yang kucintai
Selasa, 31 Desember 2013
Insiden Gayung Alay (IGA)
Aku hidup di pondok yang cukup besar dan pinjam meminjam itu biasa. Dalam istilah pondok, pinjam gak izin itu namanya 'ghosob' (yang anak pondok pasti ini istilah yang sudah mendarah daging).
Nah, yang mau aku bahas disina adalah pengghosoban gayung. Gayung itu penting banget, karena sistemnya disana itu ga ada gayung di kamar mandi, jadi tiap anak punya gaung sendiri-sendiri gitu, deh. Pasti mafhum kalo yang namanya panggilan alam itu ga kenal waktu, ga ngertiin apakah gayung kita lagi dighosob atau enggak. Iya kalo ada gayung lain yang bisa dighosob, nah kalu enggak? mengerikan -0-
Akhirnya aku memutuskan untuk menamai gayungku (maklum gayung baru) sebagaimana gayung milik teman-teman lain. Kali aja orang bakal segan kalu tahu gayung itu punyaku.
Kemudian aku mikir lagi. Iya kalau yang minjem segan. Tapi kok kayaknya malah kesenengen kalau tau gayung yang mau dia pake itu milik lina kece ~
?
Terusaku berpikir buat nulis 'haram ghosob', atau 'dont ghosob' atau 'ghosob pintu neraka' atau apalah tapi kok kayaknya itu udah mainsteram, udah biasa. Biasa dijadiin tulisan yang ngga penting, ngga dianggep dan biasanya masih sering dighosob. #ngenes
Jadinya aku nulis 'kalau ghosob, kembaliin. Yang punya nyari'
bagian 'yang punya nyari' aku tulis dobel tanpa sadar. Di sisi lain gayung aku kasih emoticon dancing yang : ~(^-^~) (~^-^)~ ~(^O^)~
Kemudian aku baca gayungku.
"Lina Juhaidah
Kalau ghosob kembaliin, yang punya nyari,
yang punya nyariin"
eh,
kok aneh ya?
Aku jadi ngerasa illfeel habis baca itu. Kok seakan-akan Lina Juhaidah itu tukang ghosob gayung, sih?
Iya nggak sih?
Aku gak tahu mau nulis apa jadi di depan namaku itu kutulisi kata 'milik'. Tapi menurutku masih terasa janggal dan aku memutuskan menulis kata 'teman"' di depan kata 'kalau ghosob'. Dan jujur saja aku jadi ngrasa kalo gayungku itu kelihatan alay.
Aku emang sering dibilang alay tapi aku nggak pernah mau
jadinya kayak gini, nih
milik Lina Juhaidah
teman", kalau ghosob kembaliin, yang punya nyari
yang punya nyariin
*sedang alay*
Temen di sebelahku secara blak-blakan bilang ke aku "Aku gak mau pake gayung ini, gak akan mau! Bahkan sekalipun gayung itu punyaku sendiri, aku gak akan pernah mau pake gayung itu,"
Aku makin, makin, makin, makin illfeel.
Aku baru nyadar kalau gayungku alay, dan aku ngrasa kalau itu adalah gayung teralay yang pernah ada. Tapi percaya ga percaya, masih ada yang ngghosob gayungku. Salah satunya, temen yang bilang dia gak akan pernah mau pake gayung alay.
Krapyak, 1 Desember 2013
Night Sky
One
the stars light brightly
but no one of them could be so bright
as bright as you,
for me
Two
when i stare at the moon,
that moon seems like it burns
like a sun
yea, it only reflects the sunshine
if i don't have any light
may i reflect yours?
the stars light brightly
but no one of them could be so bright
as bright as you,
for me
Two
when i stare at the moon,
that moon seems like it burns
like a sun
yea, it only reflects the sunshine
if i don't have any light
may i reflect yours?
big
so big
you can't imagine how big it is
yes, you can't
but i expect, sometimes
that someday somehow i don't know
you can imagine it,
see it,
feel it,
believe it,
i hope
even though you haven't know yet how big it is
and as big as you don't know how big it is,
than you know how much
my feeling into you
you can't imagine how big it is
yes, you can't
but i expect, sometimes
that someday somehow i don't know
you can imagine it,
see it,
feel it,
believe it,
i hope
even though you haven't know yet how big it is
and as big as you don't know how big it is,
than you know how much
my feeling into you
Hujan dan Kenangan
terlalu tua, terlalu usang, terlalu lama
anggap saja 'tlah tiada
tapi hujan
basah dan membasahi yang berdebu
memerciki apa yang seharusnya tak perlu
Saat hujan dan penantian
pada teh hangat kemanisan,
pada uap renyah gorengan,
pada senyum di kala adzan,
hingga sholat jama'ah, dan doa-doa minta ijabah
pada tawa menerjang hujan
baju basah dan dingin
namun beranjak hangat
pada penantian soto, kemudian
atau mie ayam
sembari menonton teve,
berbagi cerita
Hujan dan kenangan,
apa kau juga mengenangnya?
anggap saja 'tlah tiada
tapi hujan
basah dan membasahi yang berdebu
memerciki apa yang seharusnya tak perlu
Saat hujan dan penantian
pada teh hangat kemanisan,
pada uap renyah gorengan,
pada senyum di kala adzan,
hingga sholat jama'ah, dan doa-doa minta ijabah
pada tawa menerjang hujan
baju basah dan dingin
namun beranjak hangat
pada penantian soto, kemudian
atau mie ayam
sembari menonton teve,
berbagi cerita
Hujan dan kenangan,
apa kau juga mengenangnya?
Krapyak, 211113
pagi ini, di sekolah
teringat hujan maghrib kemarin :)
tak ingin
tiada usai sosokmu berkelebat
entah dalam bayang atau apa,
tapi bukan ilusi
ramuan rindu yang mendidih, membuncah,
memuaikan kandilnya,
hati
meluber melepuhkan, pasti
tak lama lagi.
dimana kenopnya?
ingin kumatikan saja apinya, biar melunak
biar selesai
aku tak ingin luka lagi
yang kemarin saja belum sembuh
entah dalam bayang atau apa,
tapi bukan ilusi
ramuan rindu yang mendidih, membuncah,
memuaikan kandilnya,
hati
meluber melepuhkan, pasti
tak lama lagi.
dimana kenopnya?
ingin kumatikan saja apinya, biar melunak
biar selesai
aku tak ingin luka lagi
yang kemarin saja belum sembuh
random
mungkin hanya memulihkan saraf-saraf puitisku, entahlah
atau sekadar menuliskan kumpulan huruf di otakku,
aku tak tahu
mungkin tanpa maksud
atau pecema sahaja
tapi tolong biarkan aku untuk terus menulis
meski tak untuk apa-apa
bukan untuk siapa-siapa
melainkan untukmu disana
yang masih sempurna
bertahta dalam nala
atau sekadar menuliskan kumpulan huruf di otakku,
aku tak tahu
mungkin tanpa maksud
atau pecema sahaja
tapi tolong biarkan aku untuk terus menulis
meski tak untuk apa-apa
bukan untuk siapa-siapa
melainkan untukmu disana
yang masih sempurna
bertahta dalam nala
lama
Hujan siang ini, dirimu
Menurunkan tetes-tetes memori, deras
tiupan perasaan yang kencang,
menebas hati tanpa ampun
Menggenangkan tanya,
"Apa kau juga mengetahuinya (hujan ini),
merasakannya?"
Sebaiknya kututup saja pintunya,
Kukunci jedelanya dan kutiraii
Masa lalu yang penuh debu itu
tak perlu dibasahi lagi
Menurunkan tetes-tetes memori, deras
tiupan perasaan yang kencang,
menebas hati tanpa ampun
Menggenangkan tanya,
"Apa kau juga mengetahuinya (hujan ini),
merasakannya?"
Sebaiknya kututup saja pintunya,
Kukunci jedelanya dan kutiraii
Masa lalu yang penuh debu itu
tak perlu dibasahi lagi
Langganan:
Postingan (Atom)