Selasa, 08 Agustus 2017

berita Gus Mus: Mana Ruhud Dakwahnya?

Gus Mus: Mana Ruhud Dakwahnya?

Krapyak. Pada hari Selasa tanggal 31 Maret malam, Pondok Pesantren Krapyak mengadakan Haul KHM Munawwir yang ke-76. Acara inti pada malam hari itu dimulai dengan prosesi Khotmil Qur’an putri  dan dilanjutkan dengan puncak acara yaitu haul yang diisi oleh KH Musthofa Bisri.

Dalam mauidloh hasanahnya malam itu, beliau menyampaikan tentang kebanyakan dai zaman sekarang yang kurang begitu memiliki ruhud da’wah atau semangat berdakwah. Beliau menuturkan beberapa perbedaan antara dakwah tempo dulu dan dakwah era baru.

Dakwah sekarang, jauh berbeda dengan apa yang diajarkan rasul kita, Muhammad SAW. Dakwah zaman sekarang bukanlah dakwah yang sebenarnya, dimana secara bahasa dakwah artinya ialah ajakan. Gus Mus mengambil ‘calo terminal’ sebagai contoh dakwah yang benar . Untuk siapa ajakan calo? Orang-orang yang belum naik bis. Dengan apa calo mengajak? Dengan rayuan dan kata-kata yang indah. Seperti halnya Nabi Muhammad, memberi dakwah orang yang belum Islam, dan mengajak dengan kalimat yang baik.

Sayangnya, lanjut Gus Mus, dakwah zaman sekarang malah ditujukan pada orang yang sudah muslim dan malah mengkafirkan muslim tersebut. Dakwah zaman sekarang juga dipenuhi kekerasan, tidak seperti wali songo maupun kyai-kyai zaman dulu.

“Kita nggak punya urusan sama selain NU, kita nggak cocok karena kita ahlussunnah wal jama’ah. Tapi apa ya harus dikepruki (dipukuli)?,” tanya Gus Mus tadi malam. “Mana ruhud da’wahnya?”
 
Lina Juhaidah Ma’ruf
Santri MA Ali Maksum Krapyak

dimuat di NU Online dengan beberapa pengubahan :)

berita HAUL KHM MUNAWWIR YANG KE 76, NGELINGNA WONG MARANG MATI

HAUL KHM MUNAWWIR YANG KE 76, NGELINGNA WONG MARANG MATI

Krapyak (31/03), puncak acara haul Mbah KHM Munawwir bin Abdul Roshad yang ke-76 berlangsung penuh khidmat. Serangkaian acara untuk menyambut acara haul ini sudah dimulai sejak tanggal 22 Maret 2015. Acara-acara menjelang haul antara lain roan bersama, Batsul Masail Pra Muktamar NU, simaan Al-Quran, temu alumni, ziarah massal, juga Khotmil Quran. 

Acara inti haul dimulai pukul 21.00. jalanan KH Ali Maksum yang biasanya tak begitu ramai, malam itu dipadati dengan bazaar aneka macam makanan maupun barang. Berbagai macam manusia dari pelbagai daerah berlimpah ruah di Krapyak. Tikar yang dipasang untuk para pengunjung masih teramat kurang, sehingga banyak yang membeli alas duduk demi mengikuti acara haul dan mendengarkan tausiah dari Gus Mus.

 Dalam mauidloh hasanahnya, Rois Am PBNU ini mengingatkan kita tentang tujuan haul yang sesungguhnya. “Haul kui untuk ngelingno wong marang mati. Nek ana pejabat korupsi, kui ra kelingan mati”, ujar  KH Musthofa Bisri dalam ceramahnya. “Nek wong urip ati-ati kerana kelingan mati, kaya Mbah Munawwir iki, wis 76 tahun isih dihauli,"  tambahnya.
 
Lina Juhaidah Ma’ruf


Santri MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta

berita Indahnya Islam Nusantara

INDAHNYA ISLAM NUSANTARA

Pada acara haul KH. Asrori Ahmad ke-22 (16/05) di Tempuran, Magelang, KH Said Aqil Siradj tak henti-henti mengingatkan akan indahnya Islam Nusantara. Beliau menyebutkan beberapa nama ulama Indonesia beserta karyanya yang masih dikaji di berbagai penjuru dunia. Salah satu di antaranya adalah Syarah Alfiyah oleh Syekh Mahfudz Termas yang menjadi bacaan wajib di Universitas Al-Azhar, Mesir.

Ulama Indonesia, jelas beliau, tidak kalah dengan ulama-ulama dari Mesir, Aljazair, Tunisia, dan lain-lain. Sudah selayaknya kita bangga akan bangsa kita. Islam di Nusantara berkembang oleh wali songo dan ulama-ulama yang membawa nilai luhur.

Dijajah 350 tahun oleh Belanda saja, tidak sedikitpun kyai dan pesantren terpengaruh oleh budaya Indonesia, melainkan membenci dan mengharamkan diri untuk mengikutinya. “Untuk apa itu? Ya demi mempertahankan budaya Indonesia!” tegas beliau.

Pada haul malam itu, dinyanyikan pula setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya, lagu Ya Lal Wathon. Sebuah syair yang berisi tentang nasionalisme muslim Indonesia. Pengasuh Pondok Kempek ini menjelaskan bahwa ada negara yang mementingkan rasa cinta negara saja, ada pula yang hanya mencintai agama. Namun, Indonesia adalah negara yang menggabungkan keduanya. Hanya Indonesia, ujar Rais Am PBNU ini, yang seperti ini. Dari redaksi Syekh Hasyim Asyari lah tercipta Hubbul Wathon minal Iman. Bahwa iman kita tidak lengkap tanpa memiliki rasa nasionalisme.

Lihat, betapa indahnya Islam yang kita jalani, Islam Nusantara.


Lina Juhaidah Ma'ruf
kelas XII MA Ali Maksum Krapyak

dimuat di NU Online dengan beberapa pengubahan :)

Minggu, 06 Agustus 2017

resensi buku 40 Days in Europe

40 DAYS IN EUROPE
Judul Buku      : 40 Days in Europe
Penulis             : Maulana M. Syuhada
Penerbit           : Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka)
Tebal Buku      : 496 halaman + xxiv
Cetakan           : cetakan ke-1, Desember 2014
ISBN               : 978-602-291-083-1
Buku memoar ini mengisahkan betapa sulitnya penulis, Maulana M. Syuhada, untuk tinggal di negeri orang. Terlebih, ia diberi amanat untuk mengurus rencana pengadaan konser musik angklung di Eropa. Masalah demi masalah datang silih berganti tanpa diduga, jalan keluar pun datang dengan cara yang tak disangka. Kisah ini benar-benar inspiratif mengingat buku ini adalah buku memoar dimana cerita yang disuguhkan adalah kisah nyata kehidupan yang penuh lika-liku.
Bahasa yang digunakan dalam buku ini cenderung ringan, tapi buku ini sangat sarat akan wawasan. Tidak hanya menyuguhkan informasi yang dibutuhkan pembaca terkait dengan cerita, namun juga memuat kejadian-kejadian unik yang menghibur.

Membaca buku ini dapat membuat kita terpana akan betapa kerasnya perjuangan musisi-musisi Indonesia untuk dapat mencapai ranah dunia. Kisah dalam buku ini mengingatkan kita bahwa semesta tak akan pernah berhenti untuk menguji niat dan kerja keras kita, namun memberi solusi tak terduga pada akhirnya. Sebuah buku dahsyat untuk siapapun yang ingin menjadi hebat.

Yang Dinanti

Waktu bergulir, tak terasa yang dinanti kembali hadir
Syukur terucap, tak cukup jika keberkahan ingin benar dikecap
Saat fajar belum sempurna, kita bangun dan makan bersama
Sebagai bekal perjalanan ‘tuk sehari penuh jalankan puasa
Masjid-masjid ramai berjamaah subuh kemudian
Indahnya beribadah bersamaan, maka langkah terasa semakin ringan
Menjelang sore ibu-ibu membeli bahan masakan di pasar,
anak-anak mencari hidangan kesukaan di bazar
adzan maghrib berkumandang, dan pada wajah-wajah indah lengkung senyum terkembang
rumah-rumah terasa benar kehangatan di dalamnya,
saat seluruh anggota berkumpul dan sejenak lupa hiruk pikuk kantornya
pun pada saat tarawih selepas isya’, kemudian tadarus membaca mushaf dengan saksama
rangkai rutinitas mulia yang tak bakal kita lupa

Pada bulan yang istimewa, aku ingin amal-amalku diterima
Pada bulan yang amat indah, kutata niatku Lillah
Jangan sampai keindahan ini berhenti di bulan ini
Esok hari terus begini bahkan lebih baik lagi

Dan di kemudian hari, terus kunanti jumpa Ramadhan lagi.

CERDAS BERINTEGRITAS PENGETAHUAN TAK HANYA BERPUTAR DI OTAK SAJA, MELAINKAN TERTANAM DALAM JIWA

Menjadi seorang mahasiswa di zaman sekarang bukanlah sebuah prestis sebagaimana yang dialami oleh bapak ibu kita dulu pada zamannya. Jumlah mahasiswa atau penduduk yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi yang kian bertambah setiap tahun memang merupakan bukti bahwa kesadaran bangsa akan pentingnya pendidikan semakin meningkat. Sayangnya, kesadaran tersebut lebih didasari oleh formalitas semata. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya jumlah lulusan perguruan tinggi yang menganggur atau tidak bekerja. Pemikiran ‘dimana saya bekerja setelah lulus?’ lebih mendominasi daripada ‘apa yang harus saya lakukan setelah mendapatkan ilmu?’.
Kita memahami bahwa pemuda adalah aset terpenting dalam suatu negara. Pemuda adalah tonggak pergerakan. Maju dan mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh generasi mudanya. Berbagai perubahan dapat terjadi dikarenakan dobrakan pemuda. Untuk mencapai perubahan yang lebih baik diperlukan pemuda pemuda yang memiliki kualitas intelektual dan bermoral. 
Ketika membahas mengenai pemuda, kita tak bisa lepas dari kata mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya tergambar dalam benak sebagai pemuda yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, namun memiliki daya juang dan semangat perubahan. Semangat inilah yang dimiliki oleh sebagian besar mahasiswa, menghidupi suatu organisasi debagai sarana mewujudkan fungsi mahasiswa sebagai agent of changes, social control, dan iron stock.
Sedangkan, sebagian besar pola pembelajaran mahasiswa hanya terpaku saat kelas sedang berlangsung. Padahal, membaca, mengerti, dan menghafal saja tidaklah cukup. Ilmu pengetahuan harus dikelola secara produktif untuk mengahsilkan inovasi-inovasi dalam berbagai bidang yang dapat membantu memajukan bangsa, Negara, dan peradaban dunia pada umumnya. Kemudian, yang perlu ditekankan adalah hasil keluaran yang konkret akan adanya ilmu pengetahuan pada diri manusia adalah karakter yang unggul.
Selama ini sebagian besar dari kita masyarakat Indonesia berlomba-lomba untuk mendapatkan produk-produk keluaran terbaru, tanpa pernah berpikir untuk menciptakan keterbaruan itu. Banyaknya kasus para pemimpin bangsa yang terperangkap korupsi, kolusi, dan nepotisme adalah bukti bahwa titel pendidikan yang tinggi bukanlah jaminan karakter yang unggul.
Karakter-karakter unggul melingkupi kejujuran, kedisiplinan, akuntabel. Tinggi dalam intelektualitas yang tidak dibersamai dengan keunggulan karakter adalah ancaman yang berat yang dapat menjerumuskan bangsa Indonesia menuju kehancuran, karena mereka menggunakan ilmu dan pengetahuan yang ia miliki bukan untuk mencerdaskan orang-orang di sekitarnya, namun sebaliknya.
Dalam kurikulum wajib pendidikan sejak Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi, tidak banyak diberikan materi mengenai karakter. Pendidikan karakter hanya bisa kita dapat melalui mata pelajaran pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan. Pun materi saya rasa hanya berhenti di hafalan saja tanpa ada implementasi yang riil.
Maka dari itu, pengetahuan tidak seharusnya dipelajari secara teoritis semata, melainkan implementatif dan produktif. Apabila pengetahuan terus menerus diterapkan dan dikembangkan melalui inovasi-inovasi dalam diri pelajar, maka peningkatan karakter-karakter unggul bukanlah sebuah keniscayaan. Namun, diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk dapat terus mengawasi dan mengarahkan agar setiap inovasi yang dikembangkan memiliki arah dan tujuan yang jelas, serta dilakukan dengan cara yang baik.
Dengan adanya dukungan dari pihak pemerintah bekerja sama dengan semua instansi pendidikan untuk menyelesaikan problematika ini. Salah satu cara adalah dengan mengurangi beban pendidikan dalam kelas. Lebih memperbanyak waktu untuk belajar di luar kelas, bereksperiman dan menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kelas akan mengambangkan rasa ingin tahu, serta nilai-nilai social seperti kejujuran, kepekaan, dan berbagai karakter-karakter unggul lainnya. Kita harus menyadari bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya berputar di otak, melainkan tertanam pada jiwa setiap individu, sehingga pengetahuan tidak akan menjadi boomerang yang dapat mencelakai pemiliknya serta orang-orang di sekitarnya. Kita tidak cukup hanya menjadi cerdas tanpa moralitas. Kita harus menjadi orang yang cerdas dan berkualitas dengan integritas.

REFERENSI:
Sofyan, Herminarto. Implementasi Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Kemahasiswaan

Baswedan, Anis R. 2014. Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia